Wednesday, August 6, 2014

INTO THE STORM (2014) Movie Review

Malam sebelum ane nntn film ini, dua org absurd datang ke rumah ane ngomongin tentang Sufisme hingga kelainan seksual dimana seseorg suka memainkan feses manusia sbg objeknya hingga larut malam. Alhasil, ane malah kurang tidur dan takut bakalan ketiduran didalam theater. But hey... ternyata film ini mampu bikin mata ane melek hingga akhir film. Ok, lets start the review.

Ada banyak review negatif tentang film Into The Storm ini, bahkan ratingnya cuman berakhir di angka 6. Dan kali ini review ane bakalan agak sedikit berbeda dari review - review tersebut. Berhubung ane bukan seorg movie nerd atau movie buff tapi hanyalah seorg penikmat film, jadi kali ini mbah akan memberikan review positif utk film yg terkesan jelek ini karena telah memanjakan mata saya.

Badai merupakan hal yg sudah lumrah dan sering terjadi di Amerika Serikat, namun intensitas-nya yg semakin meningkat dari tahun ke tahun menjadikan bencana ini sbg momok yg sangat menakutkan bagi warga AS pada umumnya. Tapi ini tak berlaku bagi Pete dan tim pemburu badai-nya, ditemani dgn ahli meteorologi mereka, Allison, juga mobil tahan badai mereka yang bernama Titus, tim ini bertugas mendokumentasikan badai yg terjadi di penjuru AS sedekat mungkin dgn lokasi badai tersebut. Dan kali ini mereka berpotensi mendokumentasikan salah satu badai terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.
Di lain tempat, sekolah umum Silverton sedang mengadakan acara kelulusan dibawah potensi bencana badai. Dua bersaudara, Donnie dan Trey bertugas mendokumentasikan acara tersebut. Namun tanpa mereka duga, mereka malah akan mendokumentasikan salah satu bencana mematikan yg bernama tornado.
Mampukah tim pemburu badai yg diketuai Pete utk merekam badai kali ini?. Apa jadinya setelah mereka tahu badai kali ini melebihi yg bisa mereka tangani?. Mampukah juga tim ini bersama dgn Donnie, Trey dan ayah mereka, Gary menyelamatkan warga di Silverton?. Saksikan Into The Storm di bioskop - bioskop terdekat di sekitar anda.

Film sepanjang 89 menit ini disutradarai oleh Steven Quale yg kita kenal juga menyutradarai Final Destination 5, second unit director di film Titanic, dan juga special effect supervisor di film Avatar-nya James Cameron. Jadi apabila kita melihat filmografi beliau, tentunya kita tidak akan heran kenapa film ini memiliki special effect yg luar biasa. Meski begitu, sang sineas nampaknya belum berhasil mengeksekusi film ini dengan sempurna. Into The Storm hanyalah sebuah film dengan adegan - adegan klise disana - sini, dan pastinya jalan ceritanya sangat mudah tertebak. Naskah yg ditulis oleh Jhon Swetnam (yg juga menulis naskah Step Up All In) ini begitu lemah dan terkesan blunder karena adegan yg harusnya menyentuh malah menjadi kehilangan kekuatan sentimentil-nya.
Dan anehnya, sepertinya para penonton malah terkesan tidak peduli pada keselamatan para tokoh difilm ini, karena para penonton cuma pengen ngeliat adegan badainya yang sangat sangat sangat... WOW!.
Film ini mencantumkan genre film mereka adalah Action Thriller, tapi bagi saya pribadi, saya harus menambahkan genre semi dokumenter utk film ini. Karena film ini sebenarnya sinematografinya mirip kayak film Paranormal Activity atau Grave Encounters, yap... film ini digarap memakai konsep first person angle. Ya agak kurang berasa sih dokumenternya krn pengambilan kameranya kurang shaky utk sebuah film dokumentasi amatir, tapi dgn begitu kita tidak akan kehilangan view yg sangat indah dari bencana badai yg tersaji di film ini. Efek yang disajikan bahkan membuat ane ngeluarin kalimat "OH SHIT! GODDAMN SHIT!!!" sepanjang adegan badai terjadi, ane gak habis pikir gimana cara mereka ngebikin film ini (meskipun beberapa adegan malah mirip dgn adegan di game Sim City atau City Tycoon ketika angle-nya diliat dari atas).

Yah... Into The Storm memang hanya sebuah film B-Class yg penuh dgn klise dan naskah yg lemah dan bahkan membosankan dibagian drama-nya. Akting dari aktor dan aktrisnya juga biasa aja, nothing special lah... (bahkan ane ampe lupa ngecantumin nama2 aktor dan aktrisnya di review ini, biarin deh). Tapi film ini adalah sebuah film kelas B yg berkelas, worthy to watch banget deh pokoknya, kenapa?. Karena dgn review yg kebanyakan bernada negatif di review ane kali ini, ane malah ngasih rating 80 dari total 100 poin. What?! Are you insane??!!! Gile lu, Ndrooo!. No... this movie is very worthy to watch dgn segala macam kelemahannya, adegan badainya adalah salah satu best cinematic experience yg pernah ane dapat di sebuah film. Jadi pada intinya, menonton film ini adalah dilema, dilema ketika kita malah menikmati sebuah sajian film yg sebenarnya jelek.

Reviewed by mbahbudi, Banjarmasin, 07 Agustus 2014.